Mitos Mengenai Vaksin Covid – Saat ini hampir semua negara mewajibkan untuk melakukan vaksinasi untuk semua masyarakat umum yang ada. Pada dasarnya vaksin bersifat gratis tapi semakin banyak orang yang belum di vaksin karena tidak ingin bahkan sulit, pemerintah menjadikannya berbayar.
Berikut beberapa mitos seputar vaksin covid-19 yang masih dipercaya beberapa kalangan masyarakat:
1. Mitos vaksin mRNA mengubah DNA
Sempat tersebar di sosial media, mitos bahwa vaksin mRNA dapat mengubah DNA manusia yang menerimanya. Seperti yang diketahui, terdapat dua macam vaksin yang menggunakan teknologi mRNA yakni Pfizer/BioNTech dan Moderna yang digunakan mengirimkan potongan kode virus ke tubuh. Jika sudah dimasukkan ke tubuh, vaksin ini bertugas mengajari sistem kekebalan tubuh kita seperti apa virus SARS-CoV-2.
Jika sistem kekebalan kita menghadapi virus, vaksin ini akan melakukan pertahanan melawan virus menggunakan antibodi khusus dan sel T. MRNA dalam vaksin akan dibawa ke area sel Anda yang disebut sitoplasma.
Kemudian mRNA diubah menjadi protein virus covid-19 yang terkenal digunakan virus untuk menginfeksi sel tubuh kita. Protein inilah yang akan mendorong sistem kekebalan untuk beraksi jika kemudian bersentuhan dengan hal yang nyata. Sehingga mRNA tidak akan melewati penghalang di dalam sel tempat DNA disimpan, yang disebut nukleus atau inti sel.
2. Vaksin berdampak negatif terhadap kesuburan
Mitos dampak negatif terhadap kesuburan menjadi salah satu mitos yang cukup banyak dipercayai dan disebarkan oleh masyarakat.
Terdapat klaim yang menyebutkan Vaksin covid-19 dapat mempengaruhi menstruasi wanita. Seorang ahli kandungan, Jen Gunter sempat menuliskan informasi yang salah yang menyatakan vaksin dapat memiliki efek samping mempengaruhi lapisan rahim wanita.
Hingga saat ini, belum ditemukan adanya penelitian yang menyatakan bahwa hal tersebut benar. Perubahan itu hanya sebuah kebetulan dan tidak ada kaitannya vaksin. Dugaan lain berasal dari pribadi wanita tersebut yang stres akibat pandemi dan mendapatkan vaksinasi mempengaruhi siklus menstruasi wanita.
Baca Juga : Langkah yang Tepat Hadapi Krisis Ekonomi
3. Mitos Vaksin Covid-19 dibuat secara terburu-buru dan tidak dijelaskan efek samping jangka panjangnya
Vaksin covid-19 juga sempat dinilai beberapa masyarakat dibuat dalam waktu yang singkat dan tidak diberitahukan efek vaksin ini dalam jangka panjang. Faktanya, penelitian tentang mRNA dan vaksin covid-19 telah melalui proses yang rumit.
Bahkan Ilmuwan pertama yang mengusulkan penggunaan mRNA sebagai obat melakukannya pada tahun 1988. Tes pertama vaksin mRNA pada tikus terjadi pada tahun 1993, dan uji klinis pertama vaksin mRNA pada manusia dimulai pada tahun 2015. Sedangkan untuk vaksin Covid-19 telah dilakukan pengujian klinis dari Maret 2020.
Terkait dampak jangka panjang, Paul Offit, Direktur Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia menyatakan dalam beberapa wawancara terkait efek samping paling parah dari vaksin semuanya terjadi dalam enam minggu pertama setelah pemberian dosis. Sehingga, sangat kecil kemungkinan vaksin covid-19 menghadirkan risiko berupa efek samping serius.