Tradisi Makan Malam di Dunia yang Bikin Bingung

Tradisi Makan Malam di Dunia yang Bikin Bingung

serbaserbidunia – Makan malam merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Di berbagai negara, makan malam bukan sekadar waktu mengisi perut setelah seharian beraktivitas, melainkan menjadi simbol kebersamaan, budaya, bahkan ritual yang dijunjung tinggi. Namun, tahukah kamu bahwa tradisi makan malam di berbagai belahan dunia ternyata bisa sangat berbeda, bahkan terkesan membingungkan jika kita melihatnya dari sudut pandang budaya sendiri?

Apa yang dianggap sopan di satu negara bisa menjadi pelanggaran besar di tempat lain. Mulai dari waktu makan yang sangat larut, menu tak biasa yang jadi santapan rutin, sampai kebiasaan yang terkesan tidak masuk akal semuanya bisa kita temukan saat menelusuri kebiasaan makan malam dari berbagai penjuru dunia.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas berbagai tradisi makan malam yang unik, nyentrik, bahkan mengejutkan, namun sepenuhnya nyata dan masih dijalani hingga kini. Bersiaplah untuk merasa kagum, tertawa kecil, dan mungkin juga sedikit tercengang.

Spanyol: Makan Malam Dimulai Setelah Jam 9 Malam

Bagi banyak orang, makan malam di atas jam 7 sudah terasa terlambat. Namun di Spanyol, makan malam umumnya baru dimulai setelah pukul 9 malam, dan bisa berlangsung hingga tengah malam.

Hal ini bukan karena orang-orang di sana malas makan lebih awal, melainkan akibat struktur hari mereka yang unik. Siang hari biasanya diisi dengan istirahat panjang atau siesta, sehingga makan siang pun mundur, dan makan malam otomatis ikut bergeser.

Bagi wisatawan, menunggu restoran buka untuk makan malam bisa terasa lama. Tapi bagi warga lokal, makan malam adalah waktu santai, tanpa terburu-buru, penuh cerita, dan tentu saja, penuh hidangan seperti tapas, paella, dan jamón ibérico.

Etiopia: Makan dari Satu Piring Besar Bersama-Sama

Kalau kamu terbiasa makan dengan piring sendiri, tradisi makan malam di Etiopia mungkin terasa aneh. Di sana, semua orang duduk melingkar dan menyantap makanan dari satu piring besar bersama-sama.

Mereka menggunakan injera, semacam roti tipis dari tepung teff, sebagai alat untuk menyendok makanan. Tak ada sendok, tak ada garpu. Semuanya dilakukan dengan tangan kanan.

Yang lebih mengejutkan lagi, dalam budaya Etiopia, menyuapi teman atau anggota keluarga dianggap sebagai tanda kasih sayang. Jadi, jangan kaget jika tiba-tiba seseorang menyodorkan makanan langsung ke mulutmu. Ini bukan pelecehan, tapi bentuk perhatian!

Jepang: Makan Malam dalam Diam Bisa Jadi Tanda Hormat

Di Jepang, makan malam sering kali dilakukan dalam suasana tenang. Meskipun makan bersama keluarga atau kolega, obrolan ringan sering ditahan demi menghormati makanan dan suasana.

Kamu juga tak akan menemukan kebiasaan menuangkan saus seenaknya atau mencampur semua lauk ke nasi. Setiap elemen makanan memiliki tempat dan cara penyajian sendiri.

Menariknya, suara menyeruput mie saat makan ramen justru dianggap sopan dan menunjukkan kamu menikmati makanannya. Jadi, jangan heran jika suasana hening tiba-tiba terdengar suara “slurp” keras di restoran Jepang itu bukan ketidaksopanan, tapi ekspresi puas.

India: Makan dengan Tangan, Tapi Harus Tangan Kanan

Di banyak bagian India, makan malam dinikmati menggunakan tangan, bukan alat makan seperti sendok atau garpu. Tapi aturan tak tertulisnya sangat ketat: hanya gunakan tangan kanan.

Tangan kiri dianggap “tidak bersih” karena secara tradisional digunakan untuk urusan kebersihan diri. Menggunakan tangan kiri saat makan bisa dianggap menghina atau tidak sopan, terutama di acara keluarga atau perayaan besar.

Jadi, jika kamu berkunjung ke India dan diundang makan malam, pastikan untuk mematuhi etiket ini. Makan malam di India biasanya penuh rempah, aroma menggoda, dan paduan rasa yang kompleks, mulai dari biryani, dal, sampai paneer masala.

Norwegia: Makan Malam Sangat Ringan, Sarapan Justru Besar

Kalau kamu berpikir makan malam harus mewah dan berat, maka di Norwegia kamu akan terkejut. Di sana, makan malam atau yang disebut kveldsmat sering kali sangat ringan, hanya berupa roti lapis dingin, keju, dan segelas susu.

Sebaliknya, sarapan dan makan siang justru lebih padat dan lengkap. Konsep ini mencerminkan gaya hidup praktis dan sehat masyarakat Nordik yang lebih fokus pada aktivitas di pagi hingga siang hari.

Meskipun sederhana, momen makan malam di Norwegia tetap jadi waktu penting untuk berkumpul bersama keluarga dan melepas lelah.

Prancis: Makan Malam Adalah Ritual Sosial Panjang

Di Prancis, makan malam bukan sekadar makan ini adalah acara sosial yang berlangsung berjam-jam. Hidangan disajikan per tahap: mulai dari pembuka (entrée), hidangan utama (plat principal), keju, hingga penutup (dessert), lengkap dengan anggur yang disesuaikan dengan tiap sajian.

Jangan heran jika satu sesi makan malam bisa memakan waktu dua hingga tiga jam. Obrolan, tawa, dan diskusi seputar seni atau politik sering menyertai.

Datang terlalu cepat, terburu-buru makan, atau tidak menikmati anggur yang disajikan bisa dianggap tidak menghargai tuan rumah.

Maroko: Makan dari Tajine dan Pakai Roti Sebagai Alat Makan

Makanan tradisional Maroko disajikan dalam wadah khas berbentuk kerucut bernama tajine. Isinya bisa berupa daging domba yang dimasak lambat bersama rempah, sayuran, dan buah kering seperti kurma atau aprikot.

Alih-alih sendok, orang Maroko menggunakan potongan roti pipih bernama khobz untuk mengambil makanan. Sama seperti India, tangan kanan adalah satu-satunya alat makan yang dianggap sopan.

Makan malam biasanya dimulai dengan sup atau salad dingin, lalu dilanjutkan ke tajine dan ditutup dengan teh mint manis.

Italia: Jangan Pesan Cappuccino Setelah Makan Malam

Di Italia, urutan dan etika makan sangat diperhatikan. Jika kamu sedang makan malam di sana, jangan coba-coba memesan cappuccino sebagai penutup. Bagi orang Italia, cappuccino adalah minuman pagi, dan meminumnya setelah makan malam dianggap tidak masuk akal dan “mengganggu sistem pencernaan”.

Penutup makan malam biasanya berupa espresso dalam takaran kecil, tanpa gula atau krim. Meskipun ukuran kecil, aroma dan rasanya sangat kuat, sesuai dengan gaya hidup dan cita rasa khas Italia.

Korea Selatan: Urutan Duduk dan Makan Menentukan Status Sosial

Makan malam di Korea bukan hanya soal makanan, tapi juga menunjukkan struktur sosial. Saat makan bersama orang yang lebih tua atau atasan, kamu harus menunggu mereka mulai makan duluan. Bahkan posisi duduk pun diatur: yang paling dihormati duduk di tempat terhormat, biasanya menghadap pintu.

Selain itu, menu makan malam biasanya lengkap dengan banchan (lauk pendamping kecil), sup, nasi, dan daging panggang. Etiket seperti tidak menuangkan minuman sendiri dan menggunakan dua tangan saat menyajikan alkohol juga sangat dijaga.

Rusia: Tamu Harus Makan Sampai Kenyang

Di Rusia, jika kamu diundang makan malam, bersiaplah untuk makan banyak. Menolak makanan bisa dianggap menghina tuan rumah. Bahkan jika kamu sudah kenyang, tuan rumah mungkin tetap akan terus menyajikan makanan.

Makan malam di Rusia sering terdiri dari sup, daging, kentang, roti, dan salad seperti Olivier yang terbuat dari mayones dan sayur-sayuran.

Teh hitam dan vodka sering disajikan setelah makan, dan percakapan bisa berlangsung hingga larut malam.

Tiongkok: Makan Malam Bersama dengan Piring Berputar

Di banyak wilayah Tiongkok, makan malam adalah acara besar yang disajikan di meja bundar dengan lazy Susan, yakni meja putar di tengah meja utama. Semua makanan ditempatkan di atas meja putar ini dan setiap orang bisa mengambil bagian tanpa harus berdiri.

Makanan disajikan untuk dibagi, bukan per piring individual. Etiket penting lainnya: jangan langsung menghabiskan makanan terakhir dari piring bersama karena itu bisa dianggap egois.

Dan satu lagi sendok sup atau sumpit harus digunakan dengan benar. Jangan pernah menancapkan sumpit ke nasi dalam posisi berdiri karena menyerupai upacara kematian.

Brasil: Makan Malam Barbekyu Penuh Daging

Di Brasil, terutama pada akhir pekan, makan malam bisa berarti pesta barbekyu besar yang disebut churrasco. Daging-daging ditusuk dan dipanggang, lalu diiris langsung ke piring para tamu.

Meski terdengar santai, ada aturan tak tertulis yang cukup penting: kamu harus tahu kapan berhenti makan. Biasanya, pelayan membawa kartu dua sisi warna hijau artinya kamu ingin tambah, merah artinya kamu sudah kenyang.

Acara ini bisa berlangsung lama dan diiringi musik, obrolan santai, dan suasana penuh tawa.

Kenya: Makan Malam Dimulai Setelah Matahari Terbenam

Di banyak komunitas di Kenya, makan malam tidak memiliki jam pasti. Hidangan disiapkan begitu matahari mulai tenggelam, dan kadang-kadang baru siap disajikan saat malam benar-benar gelap.

Menu makan malam bisa sangat bergantung pada musim dan ketersediaan bahan lokal. Ugali (semacam bubur jagung) dan sukuma wiki (sayuran hijau) adalah hidangan pokok yang umum dijumpai.

Makan malam lebih dari sekadar aktivitas makan ia menjadi waktu untuk berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat hubungan keluarga.

Makan Malam Lebih dari Sekadar Makan

Tradisi makan malam di berbagai belahan dunia tidak hanya menyajikan makanan, tetapi juga nilai-nilai budaya, norma sosial, hingga warisan sejarah yang mendalam. Apa yang dianggap normal bagi kita bisa jadi sangat membingungkan di negara lain, dan sebaliknya.

Dengan memahami dan menghormati perbedaan ini, kita tidak hanya menjadi pelancong yang lebih bijak, tetapi juga pembelajar budaya yang rendah hati. Karena pada akhirnya, makanan bukan hanya tentang rasa tapi juga tentang cara kita berhubungan satu sama lain.

Related posts